Teori-teori Kepemimpinan
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Stephen P. Robbins (2015:249-258)
membagi teori mengenai kepemimpinan yaitu Teori Sifat (Traits Theories of Leadership), Teori Perilaku Kepemimpinan ( Behavioral Theories of Leadership),
Teori Kontingensi/Situasional (Contingency/Situational
Theory), dan Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader-Member Exchange Theory).
Untuk lebih jelasnya, teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Teori
Sifat (Trait Theories of Leadership)
Teori Sifat adalah teori yang mencari sifat-sifat atau
ciri-ciri kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang membedakan pemimpin
dari bukan pemimpin. Teori ini menyebutkan setidaknya enam sifat dari seorang
pemimpin yang membedakannya dari bukan pemimpin yaitu ambisi dan energi, hasrat
untuk memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, dan
pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan.
b. Teori
Perilaku Kepemimpinan ( Behavioral
Theories of Leadership)
Teori Perilaku Kepemimpinan adalah teori yang
mengemukakan bahwa perilaku-perilaku yang spesifik membedakan pemimpin dari
bukan pemimpin. Teori-teori yang termasuk ke dalam teori Perilaku Kepemimpinan
adalah Studi Universitas Negeri Ohio (Ohio State Studies), Telaah Universitas
Michigan (University of Michigan Studies), Geradi Manajerial Blake & Mouton
(Blake & Mouton Managerial Grid), dan Studi Skandinavia (Scandinavian
Studies).
Adapun penjelasan dari teori-teori tersebut adalah
sebagai berikut :
1)
Studi
Universitas Negeri Ohio (Ohio State Studies)
Teori ini dilakukan untuk menenpatkan karakteristik
perilaku para pemimpin yang nampaknya terkait dengan efektifitas kinerja.
Selanjutnya teori ini membagi perilaku pemimpin ke dalam dua dimensi, yaitu :
a)
Struktur
Awal (Initiating Structure) : sejauh
mana seorang pemimpin berkemungkinan mendefinisikan dan menstruktur peran
mereka dan peran bawahan dalam upaya mencapai tujuan.
b)
Pertimbangan
(Consideration): sejauh mana seorang
pemimpin berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan saling
percaya, menghargai gagasan bawahan, dan memperhatikan perasaan mereka.
Berdasarkan dua
dimensi yang telah dijelaskan, penelitian Ohio menemukan empat gaya
kepemimpinan, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
Gambar
2.1
Gaya
Kepemimpinan Ohio
(Husaini
Usman, 2014:320)
2)
Telaah
Universitas Michigan (University of Michigan Studies)
Telaah ini juga membagi perilaku pemimpin ke dalam dua
dimensi yaitu :
a)
Pemimpin
berorientasi produksi (production
oriented leader) : pemimpin yang menekankan aspek teknis atau tugas dari
pekerjaan.
b)
Pemimpin
berorientasi karyawan (employee oriented
leader) : pemimpin yang menekankan hubungan antar pribadi.
3)
Geradi
Manajerial Blake & Mouton (Blake & Mouton Managerial Grid)
Adalah suatu matriks sembilan-kali-sembilan yang
membagankan delapan puluh satu gaya kepemimpinan yang berlainan. Berdasarkan
penemuan Blake dan Mouton, manajer dijumpai paling baik kinerjanya pada gaya
9,9 dimana perhatiannya pada produksi tinggi tetapi perhatiannya pada
orang-orang (bawahan) juga tinggi, dibandingkan dengan gaya 9,1 (tipe otoritas)
atau gaya 1,9 (tipe country club atau
hura-hura)
4)
Studi
Skandinavia (Scandinavian Studies)
Premis dasar dari studi ini adalah bahwa dalam suatu
dunia yang berubah, pemimpin yang efektif akan menampakkan perilaku yang
berorientasi perkembangan (development-oriented
behavior). Pemimpin yang berorientasi perkembangan tersebut adalah pemimpin
yang menghargai eksperimentasi, mengusahakan gagasan baru, dan menimbulkan
serta melaksanakan perubahan.
c. Teori
Kontingensi/Situasional (Contingency/Situational
Theory)
Teori Kepemimpinan Kontingensi/Situasional menurut
Husaini Usman (2014:358) adalah pendekatan kepemimpinan yang menggambarkan
bahwa gaya yag digunakan tergantung dari pemimpinnya sendiri. Para ahli
berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif ditentukan oleh berfungsinya
[emimpin , pengikut, dan situasi secara optimal. Teori-teori yang termasuk ke
dalam teori Kepemimpinan kontingensi adalah Model Kontingensi Fiedler (Fiedler Contingency Model), Teori Situasional Hersey&Blanchard (Hersey and Blanchard’s Situational Theory), Teori Jalur Tujuan
Robert House (House’s Path Goal Theory),
dan Model Partisipasi Pemimpin Vroom dan Yetton (Vroom & Yetton’s Leader
Participation Model) dan. Penjelasan
dari teori-teori kontingensi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Model Kontingensi Fiedler (Fiedler Contingency Model)
Adalah suatu teori bahwa kelompok efektif bergantung
pada padanan yang tepat antara gaya interaksi dari si pemimpin dengan
bawahannya serta sampai tingkat mana situasi itu memberikan kendali dan
pengaruh kepada si pemimpin. Fiedler mengembangkan suatu instrumen, yang
disebutnya LPC (Least Preferred Coworker)
yang bermaksud mengukur apakah seseorang itu berorientasi tugas atau hubungan.
Kemudian setelah gaya kepemimpinan dasar seorang individu dinilai melalui LPC,
Fiedler mendefinisikan faktor-faktor hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas,
dan kekuasaan jabatan sebagai faktor-faktor situasional utama yang menentukan
keefektifan kepemimpinan. Pada akhirnya faktor pemimpin dipadankan dengan
faktor situasi tersebut untuk menentukan apakah seorang pemimpin sebaiknya
berorientasi tugas atau berorientasi hubungan.
2)
Teori
Situasional Hersey dan Blanchard (Hersey
and Blanchard’s Situational Theory)
Adalah suatu teori kemungkinan yang memusatkan
perhatian pada kesiapan para pengikut. Istilah kesiapan merujuk kepada sejauh
mana orang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan suatu tugas
tertentu. Empat tahap dari kesiapan pengikut adalah sebagai berikut :
R1: orang-orang baik yang tidak mampu maupun tidak
bersedia mengambil tanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Mereka tidak
kompeten atau tidak yakin.
R2: orang-orang yang tidak mampu tetapi bersedia
melakukan tugas pekerjaan yang perlu. Mereka termotivasi tetapi dewasa ini
kekurangan keterampilan yang memadai.
R3: orang-orang yang mampu tetapi tidak bersedia
melakukan apa yang diinginkan pemimpin.
R4: orang-orang mampu dan bersedia melakukan apa yang
diminta pada mereka.
Faktor kesiapan pengikut kemudian dipadankan dengan
factor kepemimpinan. Kepemimpinan situasional ini menggunakan dua dimensi
kepemimpinan yaitu perilaku tugas dan hubungan, akan tetapi kemudian menggabung
semua menjadi empat perilaku pemimpin yang spesifik yaitu: (1) mengatakan (telling)
dimana orientasi tugas tinggi dan hubungan rendah; (2) menjual (selling) dimana orientasi tugas tinggi dan hubungan tinggi; (3) berperan serta (participating) dimana orientasi tugas
rendah dan hubungan tinggi; dan (4) mendelegasikan (delegating)
dimana orientasi tugas rendah dan hubungan rendah.
3)
Teori
Jalur Tujuan Robert House (House’s Path Goal Theory)
Kata ‘jalur-tujuan’ berasal dari kepercayaan bahwa
pemimpin yang efektif mengklarifikasikan jalur untuk membantu pengikut
berangkat dari posisi mereka ke arah pencapaian tujuan dan membuat perjalanan
sepanjang jalur tersebut menjadi lebih mudah dengan mengurangi rintangan.
Seperti dijelaskan oleh Husaini Usman (2014: 366) bahwa keefektifan kepemimpinan tergantung
dari (1) kemampuan pemimpin memuaskan kebutuhan bawahannya dan (2) kemampuan
pemimpin dalam memberikan petunjuk kepada bawahannya.
Teori ini mengemukakan empat perilaku pemimpin yaitu :
direktif, supportif, partisipatif, dan berorientasi prestasi. Sehingga gambaran
dari Teori Jalur Tujuan menurut Moorhead dan Griffin (1986) dalam Husaini Usman
(2014:367) adalah sebagai berikut :
Gambar 2.
Model Path-Goal Theory
Penjelasan
mengenai perilaku kepemimpinan yang tercantum di atas adalah sebagai berikut :
direktif/instrumental: suatu perilaku kepemimpinan
dimana pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka,
memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan, dan menunjukkan kepada bawahan
bagaimana melakukan tugas dengan baik.
supportif: suatu perilaku kepemimpinan yang ramah,
bersahabat, dan peduli terhadap status serta kebutuhan bawahan.
partisipatif: suatu perilaku kepemimpinan dimana
pemimpin melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, meminta saran
dari bawahan, mempertimbangkan saran-saran tersebut sebelum mengambil
keputusan, dan bahkan terkadang membiarkan bawahan mengambil keputusan sendiri.
berorientasi prestasi: suatu perilaku kepemimpinan
dimana pemimpin membantu bawahan menetapkan tujuan yang menantang, mendorong
bawahan untuk menerima tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan tersebut, dan
memberikan hadiah (reward) bagi pencapaian tujuan.
Teori ini memfokuskan pada situasi dan perilaku
pemimpin, jadi ada kemungkinan untuk mengadaptasikan perilaku kepemimpinan
terhadap suatu situasi.
4)
Model
Partisipasi Pemimpin Vroom dan Yetton (Vroom & Yetton’s Leader
Participation Model)
Adalah suatu teori kepemimpinan yang memberikan
seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan
partisipatif dalam situasi-situasi yang berlainan.
d. Teori
Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader-Member
Exchange Theory)
Menurut teori ini para pemimpin menciptakan kelompok dalam dan kelompok luar, dan bawahan dengan status kelompok dalam akan mempunyai penilaian kinerja yang lebih
tinggi, tingkat keluarnya karyawan yang lebih rendah, dan kepuasan yang lebih
besar bersama atasan mereka.
Comments
Post a Comment