Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Ilmu




Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Ilmu
Suatu peristiwa atau kejadian, pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang mendahuluinya. Demikian juga, dengan timbul dan berkembangnya filsafat maupun ilmu. Menurut Rinjin, filsafat dan ilmu dan berkembangnya akal budi, thauma dan aporia.
1.        Manusia merupakan Makhluk yang Berakal Budi
Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi sehingga manusia disebut homo lequens dan animal symbolicum. Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir abstrka dan konseptual sehingga diriya disebut homo sapiens (makhluk pemikir) atau menurut Aristoteles, manusia dipandang sebagai animal that reasons yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu (all men by nature desire to know).
Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intelektual curiosity), yang menjelma dalam wujud beragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan.
2.        Manusia Memiliki Rasa Kagum (Thauma) pada Alam Semesta dan Isinya
Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada segala sesuatu yang diciptakan oleh Sang Pencipta, misalnya kekaguman pada matahari, bumi, dirinya sendiri, dan sebagainya. Kekaguman tersebut kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta serta asal-usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupya.
3.        Manusia Senantiasa Menghadapi Masalah
Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah masalah yang dihadapi (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai masalah, baik masalah yang bersifat teoretis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of science).


a.        Pengertian Filsafat
Istilah filsafat merupakan terjemahan dari philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani, philo (love of) dan sophia (wisdom). Jadi, secara etimologis, filsafat artinya cinta atau gemar kebajikan (love of wisdom). Cinta artinya hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Kattsoff menyatakan bahwa filsafat mempunyai karakteristik yaitu: (1) Filsafat adalah berpikir secara kritis; (2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis; (3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut; (4) Filsafat adalah berpikir secara rasional; dan (5) Filsafat bersifat komprehensif.
b.        Objek Filsafat
Objek filsafat terdiri dari dua yaitu objek materiil filsafat dan objek formal filsafat. Objek materiil filsafat adalah segala sesuatu yang ada, meliputi ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan ada dalam kemungkinan. Sedangkan objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada.
c.         Sistematika Filsafat

Filsafat telah mengalami perkembangan pesat yang ditandai dengan munculnya bermacam-macam aliran dan cabang. Aliran-aliran filsafat di antaranya yaitu: realisme, rasionalisme, empirisme, idealisme, materialisme, eksistensialisme, positivisme, dan sebagainya. Sedangkan cabang-cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi, logika, etika, estetika, filsafat sejarah, filsafat politik, dan sebagainya.

Hamdani. 2011. Filsafat Sains. Bandung: CV Pustaka Setia

Comments

Popular posts from this blog

Evaluasi Pembelajaran di SD PDGK4301

keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dengan ips dalam pembelajaran terpadu

RPP Pembelajaran Kelas Rangkap