Teori Kepemimpinan Fiedler
MODEL KEPEMIMPINAN FIEDLER
Fiedler mendefinisikan
efektivitas pemimpin dalam hal performa grup dalam mencapai tujuannya. Fiedler membagi tipe
pemimpin menjadi 2: yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
maintenance. Dari observasi ini ditemukan fakta bahwa tidak ada korelasi
konsisten antara efektifitas grup dan perilaku kepemimpinan.
Pemimpin yang
berorientasi pada tugas akan efektif pada 2 set kondisi.
a.
Pada set
yang pertama, pemimpin ini sangat memiliki hubungan yang baik dengan
anggotanya, tugas yang didelegasikan pada anggota sangat terstruktur dengan
baik, dan memiliki posisi yang tinggi dengan otoritas yang tinggi juga. Pada
keadaan ini, grup sangat termotivasi melakukan tugasnya dan bersedia melakukan
tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya.
b.
Pada set
yang kedua, pemimpin ini tidak memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya,
tugas yang diberikan tidak jelas, dan memiliki posisi dan otoritas yang rendah.
Dalam kondisi semacam ini, pemimpin mempunyai kemungkinan untuk mengambil alih
tanggung jawab dalam mengambil keputusan, dan mengarahkan anggotanya.
Kepemimpinan tidak
akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba
melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik. Karena
situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya
hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan
kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami
bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke
situasi lainnya.
Fiedler memprediksi
bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi
pada tugas, akan lebih efektip dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni
mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang/hubungan baik dengan orang
apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para
pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC
apabila kontrol situasinya moderat. Hasil dari riset ini adalah fungsi distribusi pada
teori kepemimpinan yang perlu dimodifikasi sebagai pengaruh kondisi situasional
pada gaya kepemimpinan suatu grup.
Teori ini tidak
membahas gaya kepemimpinan apa yang paling baik dan gaya kepemimpinan apa yang
tidak baik, tetapi teori ini mengemukakan bagaimana tindakan seorang manajer
dalam situasi tertentu kepemimpinannya yang efektif. Teori ini juga tidak
membahas gaya dan perilaku yang berpola tetapi berdasarkan situasi kemudian
melakukan pendekatan yang tepat. Dengan situasi yang berbeda maka pendekatan
yang dilakukanpun akan berbeda.
Model kepemimpinan
ini mengemukakan tiga variable utama yang menentukan suatu situasi yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi pemimpin :
a.
Hubungan
pemimpin dengan anggota kelompok.
b.
Derajat
struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanankan.
c.
Kedudukan
(posisi) kewenangan pemimpin berdasarkan kewenangan formal yang dimiliki.
Ketiga variable
situasi ini dikatkan dengan pendekatan yang berorientasi pada tugas, hal ini
tergantung pada situasi yang ada pada saat tertentu. Kombinasi antara situasi
yang dihadapi oleh pemimpin dengan perilaku kepemimpinan yang tepat akan
menentukan efektifitas kepemimpinan. Yang dimakud perilaku yang tepat adalah
dalam situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada tugas dan dalam situasi
apa perilaku pemimpin berorientasi pada hubungan kemanusiaan. Berikut hasil temuan dari Model Fiedler:
Fiedler
menyimpulkan bahwa pemimpin yang berorientasi pada tugas dapat bekerja lebih
baik dalam situasi yang sangat menguntungkan bagi mereka dan sangat tidak menguntungkan.
Dengan demikian, ketika dihadapkan dengan situasi I, II, III, VII, atau VIII,
para pemimpin yang berorientasi pada tugas dapat bekerja lebih baik. Para
pemimpin yang berorientasi pada hubungan kemanusiaan, dapat bekerja dengan
lebih baik dalam kategori situasi IV, V, dan VI yang secara moderat
menguntungkan. Fiedler kemudian meringkas delapan situasi menjadi tiga. Para
pemimpin yang berorientasi pada tugas dapat bekerja sangat baik dalam situasi
dengan tingkat kendali yang tinggi dan rendah. Sementara, para pemimpin yang
berorientasi pada hubungan dapat bekerja dengan sangat baik dalam situasi
dengan tingkat kendali sangat moderat.
Perilaku
pemimpin yang berorientasi pada hubungan akan efektif dalam situasi yang
moderat misalnya pemimpin yang menghadapi situasi ketika derajat variabel
situasi hubungan pemimpin dan bawahan rendah, tetapi kedua variabel yang lain
derajatnya tinggi. Atau dalam situasi lain yaitu
variable posisi kewenangan pemimpin derajatnya rendah tetapi variabel yang lain
derajatnya tinggi.
Dapat disimpulkan dari
model kepemimpinan kontingensi, perilaku pemimpin yang efektif tidak berpola
dari satu gaya tertentu, melainkan dimulai dengan mempelajari situasi tertentu
pada satu saat tertentu. Yang dimaksud dengan situasi tertentu adalah adanya
tiga variabel yang dijadikan dasar sebagai perilaku kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dan hubungan, tetapi tidak berarti bahwa tugas tidak
pernah berorientasi pada hubungan.
Comments
Post a Comment