Aku adalah Batu yang belum kau ukir, Ibu!


Hasil gambar untuk angry children cartoon
 Part I

Dia adalah seorang anak yang sangat keras namun berhati lembut. Sebut saja dia….., mawar?
Hmmm bukan, dia adalah seorang anak laki-laki. Kalau mawar terkesan seperti anak perempuan, kecuali kalau ada “di” dibelakangnya, jadi Mawardi.  Tapi sepertinya kurang cocok.
Bagaimana kalau Ucok?
Ah,,, dia asli Jawa Barat, bukan dari Medan.
Kalau begitu sebut saja dia Agus atau Asep. Hmmmm, Agus juga nggak cocok ah. Oke, Asep saja ya.
Asep adalah seorang anak laki-laki, laksana batu yang belum diukir. Keras, namun dapat ditaklukkan dengan tajamnya pisau pahat. Ya, dia adalah anak yang sangat keras dan kasar. Hampir setiap hari, ada saja temannya yang menangis karena ulahnya. Apabila tidak dijahili, ya kenal usapan halusnya. Kejadian tersebut sering terjadi di sekolah. Ya, karena di rumahnya dia taka da teman. Rumahnya cukup jauh dengan rumah penduduk. Tak heran, ketika di sekolah ia seperti di rumahnya yang merasa berkuasa sendiri.
Selama di sekolah, Asep selalu saja dimarahi Guru karena ulahnya tersebut. Terkadang, Sang guru harus memeluk dan mengelus dadanya karena Asep mengeluarkan amarahnya ketika sedang marah. Matanya menatap tajam, hidung kembang kempis, begitu dadanya yang naik turun ketika sedang marah. Karena sikap Asep yang seperti itu, teman-teman selalu kesal sama Asep. Bahkan ada yang membenci dan menjauhi Asep.
Namun namanya juga anak-anak, mereka seperti itu hanya ketika Asep sedang tidak menyenangkan saja. Besok nya bila Asep nya sedang manis, ya mereka biasa lagi aza. Akan tetapi, karena seringnya Asep berperilaku “tidak manis”, Sang Guru pun menyerah. Beliau mencoba mengkonsultasikannya dengan orang tua Asep, perihal perilakunya di sekolah. Sang Ibu (orang tua Asep), hanya menghela napas sambil berkata, “Bagaimana dong bu, saya juga sudah pusing dengan kelakukannya”. Ternyata Si Ibu pun sudah menyerah.
Sang Guru, akhirnya berupaya dengan keras untuk selalu memberikan nasihat dan sentuhan kasihnya pada Asep. Hampir setiap pagi sebelum pembelajaran di mulai, Sang Guru selalu memberikan tausyiahnya (ecie,,, tausyiah, berasa jdi ustadzah az) heee. Ya, maksudnya memberikan nasihat. Tak kurang dari 15 menit Sang Guru berbicara tentang manfaat dan arti kehidupan bagi manusia.
Mujarab? Berhasil? Apa seketika Asep menjadi anak yang Manis?
Hmmmm sepertinya belummm…. Karena Sang Guru tidak meminjam tongkat Sang Peri ataupun Ramuan ajaib dari kantong Doraemon.


....Bersambung.....

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Evaluasi Pembelajaran di SD PDGK4301

keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dengan ips dalam pembelajaran terpadu

RPP Pembelajaran Kelas Rangkap